s
Keluarga Besar PGRI Cabang Kec. Tanjugsiang Subang Mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional tahun 2016 dan HUT PGRI Ke-71

Wednesday, December 17, 2014

KURTILAS dalam RENUNGAN

Beragam wacana yang menyebar di berbagai media baik elektonik, cetak, maupun online, tentang Kurikulum Tahun 2013 atau lebih dikenal KURTILAS, ada beberapa catatan sebagai bahan renungan kita. Catatan ini tidak lebih dan tidak kurang hanyalah sebagai refleksi diri bagi kita semua sebagai pemerhati dan praktisi pendidikan.
1.   Beberapa pendapat menyatakan bahwa KURTILAS lahir secara premature. Padahal kita yakini bersama bahwa semua kebijakan public tentu berdasarkan landasan yang kuat dan bertitik tolak dari kelemahan-kelemahan sebelumnya secara empiris. Hanya saja keberlakuan secara menyeluruh tidak diimbangi dengan sinergisitas prasarana pendukung akan berakibat kebijakan tidak menjadi efektif.
2.   Dari beberapa temuan tentang evaluasi keberlakuan KURTILAS pada level bawah dikatakan distribusi buku siswa maupun buku guru belum menyeluruh dan telat. Hal ini diperparah dengan anggapan yang berkembang dikalangan para praktisi pendidikan seolah menganggap kedua buku tersebut laksana kitab suci, dimana secara prosedural kegiatan pembelajaran mutlak harus mengikuti seperti yang tertera pada kedua buku tersebut, sehingga tanpa kedua buku tersebut pembelajaran tidak bisa terlaksana. Padahal buku hanyalah standar minimal tentang materi dan scenario pembelajaran. Dalam hal ini para paktisi diberikan kebebasan mengembangkan bahan ajar tersebut dan ini sudah terbiasa pada kurikulum-kurikulum sebelumnya. Dengan kata lain tanpa buku paket pun pembelajaran bisa dilaksanakan dengan mencari bahan-bahan ajar yang begitu meruah baik secara online maupun cetak.
3.   Pada kondisi-kondisi perubahan yang dirasa kurang menentu beberapa pihak suka memancing di air keruh demi keuntungan individu. Begitu banyaknya software-sofware tentang KURTILAS yang beredar dengan dalih paling mudah dan praktis beredar dikalangan level bawah. Kondisi ini memperuncing ketidakpastian yang berujung pada kebingungan semua pihak. Padahal pendidikan merupakan institusi Pemerintah, oleh karena itu, semua perangkat yang beredar hanya tinggal menunggu instuksi secara legal dari hirearki di atasnya.
4. Penyusunan suatu kebijkan akan lebih bermakna manakala penyusunnya berasal dari kalangan yang menjadi sasaran kebijakan tersebut atau dengan kata lain menggunakan pendekatan bottom up. Hal ini dimungkinkan karena lebih tahu persis dengan kondisi lapangan secara kontektual. Dengan demikian, kebijakan bukan suatu menara gading yang dirasa sulit atau ribet untuk dijangkau oleh pelaksana kebijakan tersebut.
5.  Dari  beberapa referensi, bisa dikatakan KURTILAS lebih kental menampakkan nilai-nilai karakter/sikap dibanding kurikulum-kurikulum pendahulunya secara konseptual/isinya. Ini merupakan nilai lebih sebagai bekal para peserta didik menghadapi kemajuan dan persaingan global. Hanya saja penanaman sikap/karakter akan lebih baik selain isi yang mengalami perubahan juga kemasannya. Kita punya pesantren, kita ambil kemasan cara-cara atau pola pendidikan dipesantren. Pola pendidikan dipesantren bersifat full day. Ini bisa diimplementasikan pada pola pendidikan dasar kita. Sebagai contoh disatukannya komando antara Sekolah Dasar dan Madrasah Diniyah, dari pagi sampai siang anak belajar tentang keilmuan umum, dilanjutkan belajar ilmu-ilmu keagamaan. Dengan banyaknya waktu peserta didik dilingkungan pendidikan tentu akan memperkecil karakter-karakter kurang baik yang didapat dari lingkungan masyarakat.
6. Sebagai catatan terakhir, ada baiknya kita sikapi suatu teori kebijakan dari pendapat Edward III (1980), yang menyatakan ada beberapa factor agar suatu kebijakan dapat berhasil ;
a.      Birokrasi
b.      Sumber Daya
c.       Sikap Pelaksana
d.      Komunikasi

Faktor-Faktor di atas coba kita renungkan bersama, dimanakah sebenarnya factor yang dominan dan menjadi hambatan keberhasilan KURTILAS,….. Kalau factor lebih mengarah secara personal, ada baiknya kita membenahi diri….. demi kebaikan dan kemajuan dunia pendidikan yang kita banggakan…semoga…Amiin